/ Feb 12, 2025
Trending
Madiun, 21 Desember 2024 – Anggota DPR/MPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Prof. (H.C.) Dr. (H.C.) Drs. Abdul Halim Iskandar, M.Pd., yang akrab disapa Gus Halim, menekankan pentingnya peran generasi muda Nahdlatul Ulama (NU) dalam memimpin transformasi menuju era Society 5.0. Dalam orasi ilmiah yang disampaikan pada acara wisuda STAINU Madiun Ke-VIII, Gus Halim mengingatkan agar transformasi ini tetap berpedoman pada nilai-nilai epistemologi NU yang berbasis idealisme dan intelektualisme.
Gus Halim menegaskan bahwa masa depan NU sangat bergantung pada generasi muda yang lahir setelah para Muassis NU. Ia mengingatkan agar NU tidak terjebak dalam pragmatisme, melainkan kembali kepada khittah intelektual NU yang berakar pada pesantren dan para kiai. “Jangan biarkan NU terseok dalam pragmatisme. Kampus NU harus kembali kepada khittah intelektual NU yang berbasis idealisme kiai dan pesantren,” ujarnya dengan tegas.
Lebih lanjut, Gus Halim menjelaskan bahwa Indonesia, khususnya keluarga besar Nahdliyin, harus siap menghadapi tantangan dunia yang semakin cepat berubah. Setelah melewati era revolusi industri 4.0 dan situasi VUCA (volatile, uncertain, complex, ambiguous), kini dunia memasuki era BANI (brittle, anxious, nonlinear, incomprehensible), yang mengharuskan perubahan besar dalam menghadapi ketidakpastian.
“Ketidakpastian yang semakin kompleks ini datang bersamaan dengan dimulainya era Society 5.0, yang mengedepankan masyarakat super-cerdas dengan pemanfaatan teknologi untuk inklusivitas, keberlanjutan, dan peningkatan kualitas hidup,” kata Gus Halim.
Dalam konteks ini, Gus Halim menekankan bahwa transformasi menuju Society 5.0 memerlukan kesiapan berbagai pihak, terutama dalam menghadapai dampak besar teknologi digital. Menurutnya, jika revolusi industri 4.0 lebih fokus pada transformasi industri dan efisiensi, Society 5.0 menempatkan teknologi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara keseluruhan.
“Society 5.0 membuka peluang besar untuk menciptakan masyarakat yang lebih manusiawi dan berdaya saing global. Namun, bagi mereka yang lambat beradaptasi, dampaknya bisa sangat berat, termasuk peningkatan pengangguran akibat berkurangnya peran tenaga manusia,” tambahnya.
Gus Halim juga menekankan pentingnya lulusan kampus NU seperti STAINU untuk menjadi agen transformasi yang mampu menghadapi ketidakpastian dunia. Ia berharap lulusan STAINU Madiun dapat mencerminkan karakter kader NU sejati yang berpegang pada epistemologi NU, sehingga relevansi mereka tetap terjaga di tengah tantangan global.
“Relevansi alumnus NU terletak pada kebermanfaatannya bagi lingkungan, bangsa, dan negara, khususnya bagi Jam’iyyah dan Jamaah, dalam menghadapi tantangan dengan tetap berpijak pada nilai-nilai NU,” tegasnya.
Sebagai penutup, Gus Halim mengapresiasi civitas akademika STAINU Madiun yang telah bekerja keras meningkatkan kualitas sumber daya manusia NU. Ia juga menyampaikan pesan kepada para wisudawan untuk terus mengamalkan ilmu yang telah didapat demi kemaslahatan umat dan bangsa.
“Selamat dan sukses kepada wisudawan STAINU. Semoga ilmu yang diperoleh bermanfaat luas bagi masyarakat. Berkhidmatlah untuk NU dan Indonesia,” pungkasnya.